skip to main | skip to sidebar

Asma's cuap

Kamis, 14 Juli 2016

Shafira

Namaku Shafira...
Banyak yang bilang, aku adalah gadis yang paling beruntung didunia ini. Terlahir sebagai anak dari keluarga yang mungkin hartanya tidak habis walau delapan turunan. Secara fisikpun aku tak kalah dengan artis-artis layar lebar. Bahkan banyak produser yang menawariku untuk jadi model iklan dari salah satu produk kecantikan yang terkenal, namun langsung ditolak mentah-mentah oleh mama. Menurutnya pantang anak-anaknya bekerja pada orang lain, toh perusahaan kami saja hanya orang lain yang mengelolanya dan hanya mengomando dengan telunjuk semua pekerjaan  seketika beres.  
Dibanding mama, papa lebih pendiam tak banyak protes dan memberikan keleluasaan kepada anaknya untuk menentukan sendiri apa yang kami inginkan. Itulah salah satu alasan mengapa aku lebih dekat dengannya. Namun, kesibukannya di dunia politik membuat kami jarang bertemu. Untunglah aku mempunyai kakak yang selalu siap mendengarkan semua keluhanku...yah dialah kak Danu. Yah walaupun gayanya yang cuek dan sedikit mewarisi sifat papa yang pendiam tapi dia dapat diandalkan. Yah setidaknya setelah kepergian kak Tian dua tahun yang lalu, akibat hepotermia saat mendaki gunung. Aku lebih lebih dekat dengan kak Danu. Perbedaan kedua pejantan itu sangat mencolok. Misalnya, kak Tian lebih vocal dan sedikit pembangkang. Stylenya pun tidak jauh beda dengan gaya mahasiswa pecinta alam pada  umumnya, urak-urakan dan berambut bak putri Rapunzel. Untunglah semua barang yang ia miliki bermerek, setidaknya ia masih bisa dikenali sebagai kaum berjuis.
08:20 am
“Shafira !!, ini sudah jam berapa ?”
Mama menerobos tanpa permisi masuk kekamarku diikuti dua asistent rumah tangga kepercayaannya yang siap membersihkan kamarku pagi ini. Sementara aku masih terbaring manis ditempat tidurku.
“mama aku masih ngantuk ma...lagian ini weekend kan?” protesku dengan posisi mata terpejam.
“Hari ini keluarga pak Wijaya akan datang sayang, cepatlah bersiap-siap. Ibu sudah menyewa make up artis  untuk mendandanimu”
Aku seketika terbangun, sambil mentap kearah mama...
“What??”
“yahh...mereka ingin sekali menjodohkanmu dengan anak mereka, bukankah kalian adalah teman sewaktu kecil dan kami rasa kalian sangan cocok” tegas mama sembari kipasnya terus ia kibas-kibaskan diwajah judesnya.
“ma...itukan sudah lama banget, saat kami kecil dulu. Saat dia belum ngerti cara lap ingusnya” gurauku...
“sudahlah jangan protes...pokoknya dalam waktu 1 jam kamu harus sudah turun kebawah” ujar mama sembari meninggalkan kamarku dengan penuh kemenangan.
Yah...ini adalah kali ke dua mama menjodohkanku dengan pilihannya sendiri. Entah apa yang membuatnya tetap kekeh ingin menjodohkanku dengan anak dari teman sosialitanya, yah tepatnya...kumpulan cherrybelle bersanggul cetar membahana itu.
Yang pertama dengan anak pemilik perusahaan batu bara yang tidak lain adalah anak dari teman bisnisnya. Tampang oke, body apa lagi, mungkin saking sering ngedate bareng barbel tubuhnya banyak ototnya. Tapi sayangnya gagal karena ketahuan kalau lelaki yang akan dijodohkan denganku kabur dengan pacarnya keluar negeri yg tidak lain teman homonya. Walaupun gagal, setidaknya aku sedikit belajar bahwa cowok yang memiliki fisik yang maco belum tentu menjamin kalau dia gak maci...ehh maksutnya B**CI. Kedua Rian, anak seorang pengusaha sukses. Dari tampangnya saja semua orang setuju kalau dia adalah pria yang sangat baik, dan akupun setuju. Namun ia menolak  dengan sopan untuk dijodohkan denganku. Terlalu sopannya sampai ia mengadakan acara sungkeman dengan orang tuaku. Ia menolak dijodohkan karena ia merasa masih belum bisa move on dari pacarnya. Ia masih percaya jika pacarnya yang hilang bersama pesawat yang ditumpanginya itu belum meninggal. Padahal kejadian itu sudah hampir satu tahun berlalu. hmmm.... aku sangat iri dengan mereka yang percaya dengan keajaiban, hal-hal yang melampaui batas logika. Bak pemeran figuran aku hanya bisa jadi penonton cantik dari perjalanan cinta mereka.
Dan ini adalah yang ketiga, dan belajar dari sebelum-sebelumnya. Aku merasa ragu kalau perjodohan ini akan berjalan dengan lancar.
Aku mebuka tirai jendela sembari menatap kehalaman depan rumah, tampak sudah berjejer beberapa mobil-mobil mewah depan rumah. Dan beberapa petugas keamanan yang berpakaian rapih.
“mau lihat siapa non?” tanya bibi noni sambil tersenyum genit padaku.
“aku penasaran...sebesar apa bocah tengil itu!”
“kok tengil non?” tanya bibi Suti tak mau kalah
“sebenarnya dulu aku tidak begitu suka berteman dengan anak itu. Sudah cengeng...sok steril lagi. Hmmm aku tidak menyangka kami akan dipertemukan sebagai calon tunangan....shafira...shafira malang banget nasibmu” ejekku pada diriku sendiri.
“Tapi mungkin saja di sekarang sudah cakep non...” tambah bibi noni
“Imposible bi...”
“HAAA....apa non sambel?”
“Maksutku gak mungkin bi’...papanya aja kalau jalan bareng mamanya dikirain majikan dan sopir. Mana sok panggil mami dady lagi..ichhhh gak banget!!’
“non bukannya pak Wijaya itu yang hitam pendek itu kan?” tanya bibi Noni penasaran
“iya yang muka deso rezekinya kota itu loh !”  sahut bi Suti tak mau kalah"                                                                                     Bersambung...

Diposting oleh Asma Irawati, S.Hum di 06.29 0 komentar
Langganan: Komentar (Atom)

Blog Archive

  • ▼  2016 (1)
    • ▼  Juli (1)
      • Shafira

About Me

Foto Saya
Asma Irawati, S.Hum
Lahir di kota Palopo tahun 1990 yang lalu. menyelesaikan S1 tahun 2012 di Universitas Islam Negeri Makassar. jika ada pertanyaan kirim saja ke Email irawati.asma@gmail.com
Lihat profil lengkapku
 
Copyright © Asma's cuap. All rights reserved.
Blogger templates created by Templates Block
Wordpress theme by Uno Design Studio